BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia diciptakan oleh Allah diberi kelebihan yang sangat dominan
dibanding dengan mahluk lainnya,
yaitu kelebihan berupa akal yang membedakan manusia dengan mahluk lainnya. Namun perlu digaris bawahi, disamping Allah memberikan kelebihan
kepada manusia, manusia juga mengemban tugas yang sangat berat, yaitu menjadi
pemimpin di bumi. Diharapkan dengan akal, manusia dapat bijaksana dalam
menyelesaikan berbagai urusan, dan dapat memilah dan memilih mana hal yang hak
dan mana yang bathil. Namun kelebihan akal tersebut tidak aka ada gunanya bila
digunakan untuk kemaksiatan dan kerusakan, oleh karena itu untuk membentengi
hal tersebut perlu dilandasi adanya ilmu. Dengan ilmu kita akan lebih dekat
menuju jalan ke surga, dan dengan ilmu pula manusia akan selamat.
Di sisi lain, manusia yang berilmu
memiliki kedudukan yang mulia tidak hanya disisi manusia, tetapi juga disisi
Allah. Sebagaimana dijelaskan bahwa dalam firman Allah dalam Q.S. Al-Mujadilah
: 11, yang artinya “Allah akan meninggikan orang – orang yang beriman
diantara kamu dan orang – orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”.
Oleh karena itu, Islam memandang bahwa menuntut ilmu itu sangat penting bagi
kehidupan dunia maupun akhirat.
B. Rumusan Masalah
Penulis akan mencoba membahas hadits yang berkaitan
dengan keutamaan pendidik yang terbagi ke dalam beberapa bagian hadist yaitu:
§
Hadits tentang orang berilmu pewaris nabi
§
Hadits tentang mengajarkan ilmu mendatangkan
pahala terus menerus
§
Hadits tentang Keutamaan mengajar
§
Hadist tentang derajat orang berilmu lebih
tinggi
BAB II
PEMBAHASAN
A)
Hadits
Tentang Orang Berilmu Pewaris Nabi
a. Hadits
عن
أبى دردائ قال سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَبْتَغِي فِيهِ عِلْمًا سَلَكَ اللَّهُ بِهِ
طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضَاءً
لِطَالِبِ الْعِلْمِ وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي
السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ حَتَّى الْحِيتَانُ فِي الْمَاءِ وَفَضْلُ
الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ إِنَّ
الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ إِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا
دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَ بِهِ
أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ.
b.
Terjemahan
“Abu Darda’ berkata, saya mendengar Rasulullah saw.
bersabda: “Siapa yang menempuh jalan mencari
ilmu, akan dimudahkan Allah jalan untuknya ke sorga. Seungguhnya
Malaikat menghamparkan sayapnya karena senang kepada pencari ilmu. Sesungguhnya
pencari ilmu dimintakan ampun oleh orang yang ada di langitdan bumi, bahkan
ikan yang ada dalam air. Keutamaan orang berilmu dari orang yang beribadah
adalah bagaikan kelebihan bulan malam purnama dari semua bintang. Sesungguhnya
ulama adalah pewaris Nabi. Nabi tidak mewariskan emas dan perak, tetapi ilmu. Siapa yang mencari
ilmu hendaklah ia cari sebanyak-banyaknya”.[1]
c.
Asbabul wurut
Mengenai asbabul wurut hadits di atas penulis tidak menemukan
sumber yang relevan mengenai hadits di atas.
d. Syarah hadits
Dalam hadits di atas dikemukakan beberapa hal penting
yang berkaitan erat dengan tema ini adalah "ulama adalah pewaris
Nabi". Pendidik, dalam hal ini terutama guru adalah orang yang berilmu
pengetahuan dan
sekaligus mengembangkan ilmu yang di milikinya kepada peserta didik . Dengan demikian, maka ia termasuk kategori ulama. Jadi, ia
adalah pewaris para Nabi. Sebagai pewaris Nabi, tentu guru tidak dapat
mengharapkan banyak harta karena beliau tidak mewariskan harta.
Akan tetapi
Rasulullah SAW tidak pernah melarang orang berilmu termasuk pendidik untuk
mencari harta kekayaan selama proses itu tidak mengurangi upaya pengambilan
warisan beliau yang sebenarnya, yaitu ilmu pengetahuan
Dapat kita pahami bahwa pendidik yang pertama dalam dunia
Islam adalah nabi Muhammad SAW, karena Allah memberikan wahyu yang berupa
pengetahuan masalah-masalah agama, sosial, ekonomi dan lain-lainya di peruntukan pada nabi melalui malaikat Jibril. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-baqarah : 151
!$yJx. $uZù=yör& öNà6Ïù Zwqßu öNà6ZÏiB (#qè=÷Gt öNä3øn=tæ $oYÏG»t#uä öNà6Ïj.tãur ãNà6ßJÏk=yèãur |=»tGÅ3ø9$# spyJò6Ïtø:$#ur Nä3ßJÏk=yèãur $¨B öNs9 (#qçRqä3s? tbqßJn=÷ès? ÇÊÎÊÈ
Artinya :
“Sebagaimana (Kami Telah menyempurnakan
nikmat kami kepadamu) kami Telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang
membacakan ayat-ayat kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan
kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum
kamu ketahui ”.
e.
Analisa pemakalah
Dari keterangan di atas dapat kita simpulkan seberapa pentingnya
kedudukan seorang pendidik, karena tanpa adanya pendidik maka ilmu pengetahuan
akan terputus karena tak ada lagi orang yang mengajarkan dan yang
mewariskan ilmu untuk masa yang
akan datang. Oleh karena
itulah pendidik dinyatakan sebagai pewaris para nabi.
f.
Analisis
kependidikan
Dalam
pengembangan ilmu pengetahuan seorang guru sangat bertanggung jawab memberikan
pertolongan pada perserta didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya
agar mencapai tingat kedewasaan, maupun berdiri sendiri dan memenuhi tingkat
kedewasaanya, Mandiri dalam artian memenuhui tugasnya sebagai hamba dan
khalifatullah serta mampu melakukan tugas sebagai makluk sosial dan sebagai
makluk individu yang mandiri[2]
Menurut
Imam Al-ghazali ada beberapa tugas atau kewajiban yang harus di laksanakan oleh
seorang guru dalam menjalankan perannya sebagai pendidik :
·
Guru harus menaruh kasih sayang terhadap murid
dan memperlakukan mereka seperti
terhadap anak sendiri.
Rasulullah bersabda yang artinya : “Sesungguhnya saya bagi kamu adalah ibarat
bapak dengan anak”. Oleh karena itu guru harus bersikap kasih sayang
terhadap murid seperti terhadap anaknya sendiri.
·
Tidak mengharapkan balas jasa atau imbalan,
tetapi berniat untuk mendekatkan diri kepada Allah SAW.
·
Berikanlah nasehat pada setiap kesempatan,
bahkan gunakanlah setiap kesempatan untuk membina dan membimbingnya
·
Mencegah murid dari segala perbuatan tercela ( nahi munkar), Al-ghazali
mengisyaratkan pencegahan ini dengan isyarat atau sindiran.
·
Sang guru harus mengamalkan ilmunya dan tidak
bertolak dengan perbuatannya sendiri. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam
QS. Al-baqarah : 44[3]
* tbrâßDù's?r& }¨$¨Y9$# ÎhÉ9ø9$$Î/ tböq|¡Ys?ur öNä3|¡àÿRr&
Artinya
:
“Apakah engkau suruh orang berbuat baik dan
engkau melupakan (perbuatan) engkau sendiri”. ( QS. Al-baqarah : 44)
B)
Hadits
Tentang Mengajarkan Ilmu Mendatangkan Pahala Terus Menerus
a. hadist
“Barang siapa mengajarkan ilmu,maka dia mendapat pahala dari
orang-orang yang mengamalkannya dengan tidak menggurangi sedikitpun pahala
orang yang mengerjakannya itu”. (HR ibnu majah)
b. Asbabul Wurut
Mengenai
asbabul wurut hadits di atas penulis tidak menemukan sumber yang relevan hingga
penulis tidak menyajikanya.
c. Syarah Hadits
Sehubungan
dengan hadis di
atas bahwa pendidik
adalah orang yang beruntung karena
pahala orang mengajarkan ini akan selalu bertambah sejalan dengan orang yang
menjalankan ilmu nya tersebut.
Dari hadits
ini dapat dipahami bahwa orang yang berilmu akan di beri pahala
oleh allah selama orang tersebut mengamalkan dan menjalankan amalan ilmu yang
di ajarkannya selama ilmunya tersebut bermamfaat bagi orang lain.
d.
Analisa pemakalah
Dari pernyatan hadits di atas dapat kita telaah bahwa
amalan seorang guru
tidak akan pernah terputus, selama para muridnya melaksanakan amalan yang di
ajarkannya yaitu amalan yang bermamfaat bagi dirinya maupun orang lain walaupun
seseorang tersebut telah meninggal dunia sekalipun.
Misalnya
saja seseorang guru mengajarkan muridnya membaca al-qur’an, selama muridnya
masih membaca dan mengamalkan alqur’an tersebut maka pahalanya akan terus
mengalir kepada gurunya tersebut tanpa menggurangi pahala orang yang
mengamalkannya..
e.
Pandangan dari segi kependidikan
Ilmu mempunyai peranan
sangat penting dalam dunia pendidikan, yang mana pendidikan adalah Universal,
ada keseimbangan antara aspek intelektual dan
spiritual, antara sifat jasmani dan rohani. Dengan pendidikan yang benar
dan akhlak yang kuat, maka akan tumbuh generasi penerus bangsa yang beradab dan
bermartabat. Karena
keberadaan pendidikan menjadi Prasyarat kemajuan sebuah bangsa.
Dalam Islam pendidikan
sangatlah penting, terutama pendidikan terhadap anak. Oleh karena itu Nabi
Muhammad SAW memerintahkan kepada seluruh orang tua untuk selalu memperhatikan
pendidikan anak dan memberikan pengawasan terhadapnya, dengan cara membiasakan
dengan akhlak yang mulia, menanamkan benih-benih keimanan dalam hatinya,
mengawasi segala urusannya, karena seoarang anak jika diabaikan maka akan rusak
akhlak dan tabi’atnya, dan akan menjadi seorang yang tidak beradab, tidak
bermanfaat dalam kehidupannya,bahkan akan menjadi virus bagi masyarakat.
C)
Hadits
Tentang Keutamaan Mengajar
a.
Hadist
وقال صلى الله عليه وسلم إن الله
سبحانه وملائكته وأهل سمواته وأرضه حتى النملة في جحرها حتى الحوت في البحر ليصلون
على معلم الناس الخير حديث إن الله وملائكته وأهل السموات وأهل الأرض حتى النملة
في جحرها وحتى الحوت في البحر ليصلون على معلم الناس الخير أخرجه الترمذي من حديث
أبي أمامة وقال غريب وفي نسخة حسن صحيح
b. Terjemahan
“Sesungguhnya
Allah Yang Maha Suci, malaikatNya dan penghuni langit dan bumiNya sehingga
semut di dalam liangnya dan ikan di lautan itu memohonkan rahmat (selain Allah,
sedangkan Allah memberikan rahmat) kepada orang yang mengajarkan kebaikan
kepada manusia” (H.R. At Tirmidzi dari Abu Umamah dan ia mengatakan gharib, dan
pada naskah lain hasan shahih).
c. Asbabul Wurut
Mengenai
asbabul wurut hadits di atas penulis tidak menemukan sumber yang relevan hingga
penulis tidak menyajikanya.
d. Syarah Hadits
Sehubungan
dengan hadis di
atas bahwa pendidik
adalah orang yang diberi rahmat oleh Allah. Ini merupakan keutamaan yang sangat berharga.
Dari hadits
ini dapat dipahami bahwa orang yang berilmu akan di beri rahmat
oleh allah sehingga para malaikat dan para penghuni langit lainnya termasuk
semut didalam liangnya dan ikan di lautan akan memohon rahmat kepada allah
sehingga orang berilmu mendapatkan
keridhaan dari Allah.
e.
Analisa pemakalah
Dari pernyatan hadits di atas dapat kita telaah bahwa
jasa seorang guru sangat di hargai bahkan Allah akan memberikan rahmat,termasuk para malaikat dan para binatang
turut mendoakan orang berilmu supaya mendapat rahmat dari allah. hal ini merupakan sesuatu yang wajar karena guru sangat penting sekali perannya dalam melakaksanakan tugas sebagai tenaga pendidik dalam kehidupan ini. Seorang guru memiliki keutamaan yang dapat menjadi
contoh sehingga dapat di teladani
oleh para
murid nya dalam kehidupan sehari-hari.
f.
Pandangan dari segi kependidikan
Dalam paradigma Jawa, pendidik diidentikkan dengan guru (gu dan ru) yang memiliki arti digugu
dan ditiru. Dikatakan di gugu (di percaya) karena guru memiliki
seperangkat ilmu yang memadai, yang
karenanya peserta didik memiliki wawasan dan pandangan yang
luas dalam melihat kehidupan ini.
Di katakan ditiru (diikuti) karena guru memiliki kepribadian yang utuh, maka segala tindak tanduknya di jadikan panutan dan suru teladan oleh perserta didiknya.
Dari
uraian tersebut jelas keutamaan pendidik bahwa ia adalah panutan dan
kepercayan,maka dalam kehidupan guru adalah orang yang sangat di percaya dan di
hargai.
D) Hadist Tentang Derajat Orang Berilmu Lebih
Tinggi
a.
hadist
“Dari ibnu abbas ra ia berkata : bagi orang – orang berilmu (ulama)
berapa derajat di atas derajat orang mukmin dengan berbanding 700 derajat,Antara
derajat yang satu dengan yang lain berbanding 500 tahun.” ( H.R Ahmad)
b. Syarah Hadits
Sehubungan
dengan hadis di
atas bahwa pendidik
adalah orang yang beruntung karena
orang-orang berilmu di tinggikan derajat nya . Dari hadits ini dapat dipahami bahwa bagi orang – orang berilmu (ulama) berapa derajat di atas derajat orang
mukmin dengan berbanding 700 derajat, antara derajat yang satu dengan yang lain
berbanding 500 tahun.
c.
Analisa pemakalah
Dari pernyatan hadits di atas dapat kita telaah bahwa
derajat orang berilmu lebih tinggi di bandingkan dengan orang mukmin yang tidak
memiliki ilmu, jadi dapat kita pahami orang mukmin yang memiliki ilmu berarti
orang tersebut di tinggikan derajatnya oleh allah 700 derajat.
g.
Pandangan dari segi kependidikan
Menuntut ilmu memang penting dan wajib bagi pria maupun wanita
muslim, dimana menunjukan perbedaan derajat antara seorang muslim dengan
seorang muslim yg berilmu. perbedaan antar mereka adalah 700 derajat, dengan
masing-
masing derajat itu berselisih sebanyak 500 tahun perjalanan. ini menunjukkan
bahwa menjadi muslim saja tidaklah cukup, menjadi muslim yang berilmu sangat
luar biasa.
Seperti yang juga disebutkan dalam alquran surat
al mujadillah ayat 11 :
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sÎ) @Ï% öNä3s9 (#qßs¡¡xÿs? Îû ħÎ=»yfyJø9$# (#qßs|¡øù$$sù Ëx|¡øÿt ª!$# öNä3s9 (
#sÎ)ur @Ï% (#râà±S$# (#râà±S$$sù Æìsùöt ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uy 4
ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ×Î7yz ÇÊÊÈ
Artinya
“Hai orang-orang beriman
apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis",
Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila
dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan”.
Akan tetapi ada juga
tentang larangan berbicara, menasihati bahkan beribadah tanpa didasari ilmu.
dengan ancaman ibadah - ibadah menjadi sia - sia atau bahkan jadi berdosa.
intinya adalah bahwa sebagai muslim kita harus menuntut ilmu. dan
dimana tempat menuntut ilmu selain melalui pendidikan formal maupun informal.
Namun kemuliaan orang yang berilmu
bisa berubah menjadi kehinaan
ketika ia tidak mengamalkan ilmunya dan berbuat kerusakan. Bahkan,
Allah menghinakan mereka yang tidak mengamalkan ilmunya dengan
menyerupakan mereka seperti keledai yang memikul kitab seperti yang terdapat dalam surat al juma’ah ayat 5 :
ketika ia tidak mengamalkan ilmunya dan berbuat kerusakan. Bahkan,
Allah menghinakan mereka yang tidak mengamalkan ilmunya dengan
menyerupakan mereka seperti keledai yang memikul kitab seperti yang terdapat dalam surat al juma’ah ayat 5 :
ã@sVtB tûïÏ%©!$# (#qè=ÏdJãm sp1uöqG9$# §NèO öNs9 $ydqè=ÏJøts È@sVyJx. Í$yJÅsø9$# ã@ÏJøts #I$xÿór& 4 }§ø©Î/ ã@sWtB ÏQöqs)ø9$# tûïÏ%©!$# (#qç/¤x. ÏM»t$t«Î/ «!$# 4 ª!$#ur w Ïöku tPöqs)ø9$# tûüÏHÍ>»©à9$# ÇÎÈ
Artinya
:
“Perumpamaan
orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya adalah
seperti keledai yang membawa Kitab-Kitab yang tebal. Amatlah buruknya
perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. dan Allah tiada memberi
petunjuk kepada kaum yang zalim “.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Nabi SAW menemukan dua kelompok sahabat dalam masjid yang
sedang membaca Alquran dan berdoa serta kelompok yang membahas ilmu pengetahuan. Beliau
menghargai kedua kelompok tersebut. Akan tetapi, beliau lebih menyukai kelompok
yang membahas ilmu dan bergabung dengan mereka sambil mempertegas peranannya
"sebagai guru"
Pendidik, dalam
hal ini terutama guru adalah orang yang berilmu pengetahuan dan sekaligus mengembangkan ilmu
yang di milikinya kepada peserta didik . Dengan demikian, maka
ia termasuk kategori ulama.
Keutamaan
pendidik bahwa ia adalah panutan dan kepercayan,maka dalam kehidupan guru adalah
orang yang sangat di percaya dan di hargai. sesungguhnya dunia dan segala
isinya terkutuk kecuali zikir kepada Allah dan apa yang terlibat dengannya,
orang yang tahu (guru) atau orang yang belajar.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa orang yang berilmu adalah orang yang paling beruntung
baik di dunia maupun di akherat kelak karena orang – orang berilmu akan selalu
mendapat berkah dari allah swt.
B. Saran
Dari uraian ringkasan di atas, penulis menyadari bahwa masih
banyak terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi
penulisan maupun dari sumber yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca semua yang bertujuan untuk membangun
kesempurnaan bagi penulis kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Abu
hamid muhammad Al Ghazali. 1979 . Ihya’
ulum al din , Semarang : Faizan
Al-abrasyi
Athiyyah Muhammad. 2003. Prinsip -
prinsip Dasar Pendidikan Islam, Bandung : Pustaka Setia
Subrata
Suryo. 1983 . Beberapa Aspek Dasar
Kependidikan, Jakarta: Bima aksara
Tafsir
Ahmad. 2000. Ilmu Pendidikan Dalam
Perspektif Islam, Bandung : PT Remaja Rosdakarya